Recent Movies

Cerita panas Ku Perkosa Pembantu Ku

Cerita panas Ku Perkosa Pembantu Ku

Cerita panas Ku Perkosa Pembantu Ku
Cerita panas Ku Perkosa Pembantu Ku
Kisahku mungkin biasa saja, yakni tentang prt (pembantu rumah tangga) yang diperkosa majikannya. Memang tidak ada yang istimewa kalau cuma kejadian semacam itu, namun yang membuat kisahku unik adalah karena aku tidak hanya diperkosa majikanku sekali. Namun, setiap kali ganti majikan hingga tiga kali aku selalu mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aku akan menceritakan kisahku itu setiap majikan dalam satu cerita.
Begini kisahku dengan majikan pertama yang kubaca lowongannya di koran. Dia mencari prt untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aku wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan rumah tangga. Untungnya aku menguasai semuanya sehingga tidak menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus aku bebas makan, minum serta berobat kalau sakit.
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.
“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aku kurang enak badan.” Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.
“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataku sambil menjangkau sepatunya.
“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.
“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aku sering lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.
“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.
“Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,” katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.
“Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi,” saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yang berkeringat ini.” Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.
“Bapak mau makan dulu?” tanyaku.
“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dengan logat daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur.”
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.
“Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.

“Maaf, pak,” akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.
“Sekarang dadanya, pak,” kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah penisnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap malu.
“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.
“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”
“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih SD.
“Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aku tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”
“Saya pingin kerja dulu, pak.”
“Kau tak ingin kawin?”
“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”
“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.
“Sudah selesai, pak,” kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.
“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat,” pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.
“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.
“Jangan, pak,” tolakku halus.
“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan penisnya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.
“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.
“Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?” pintanya dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.
“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.


“Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.
Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.
“Sudah ya, pak,” pintaku.
“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”
“Keluar apanya, pak?” tanyaku polos.
“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.
“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi mencuci tangan.
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaku. Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..
“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataku sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.
Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke penisnya.
“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.
Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dengan tubuh bugilnya.
“Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.
“Jangan pak,” tolakku halus.
“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.
“Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi..” bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.
“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.
“Malu ah, Pak kalau diliatin terus,” kataku manja sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aku bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.
“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar mendesak-desak syahwatku.
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.

Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati seputar vaginaku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.
“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, menebar air mani!
Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali ke desa dengan hati masygul.

Kumpulan Foto Selfie Bugil Gadis ABG (Hot)

Selfie Bugil Gadis ABGSelfie Bugil Gadis ABG
Koleksi Foto Selfie Bugil Gadis ABG (Hot) | Lama rasanya tak mengupdate lagi page ini dengan foto bugil gadis ABG, nah kali ini giliran koleksi foto selfie bugil gadis ABG paling hot yang akan menghiasi blog ini. Terlebih lagi foto selfie bugil ini merupakan foto IGO yang cukup banyak penggemarnya, walaupun banyak foto cewek luar negeri yang memiliki kualitas tinggi tapi tetap saja foto cewek dalam negeri lebih hot untuk kita semua. Ok, langsung saja disimak aksi selfie sambil bugil gadis baru gede tersebut dibawah ini:.
Selfie Bugil Gadis ABG

Selfie Bugil Gadis ABG

Selfie Bugil Gadis ABG

Selfie Bugil Gadis ABG

Selfie Bugil Gadis ABG
Jika fotot-foto ABG nakal berkulit mulus diatas masih kurang memuaskan, maka berikut kami tambahkan koleksi lainnya sebagai bonus untuk teman-teman semua:
Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil

Koleksi Foto Selfie Bugil
Bagaimana? sudah cukup puas? jika belum maka tenang saja karena blog ini akan selalu diipdate bagi anda semua yang suka melihat foto gadis bugil yang semok dan hot.

Cerita Seks Berjilbab: Hijaber Penuh Nafsu

Cerita Seks BerjilbabCerita Seks Berjilbab
Hallo para fotodewasa7.com mania sekalian. mimin ingin membagikan sebuah cerita seks berjilbab yang konon katanya diambil dari kisah nyata. Maaf sebelumnya kalau ada kata-kata yang kurang berkenan atau banyak tiponya, karena ini cerita copas. Selamat membaca dan Terimakasih.

Cerita Seks Berjilbab: Hijaber Penuh Nafsu

Perkenalkan saya Atmo. Berikut ini adalah kisah nyata yang saya alami pada saat masih menduduki bangku SMU, tentu saja dengan pacar pertama saya di kala itu. Langsung saja.
Koleksi Cerita Seks Berjilbab | Saat itu tahun 2002 aku baru saja naik ke kelas 2 SMU. Bertepatan dengan itu pula aku dipindahkan ke kampung halaman orang tuaku di sebuah kota kecil diantara Jogja dan Solo. Pada akhirnya proses perpindahanku pun berjalan dengan lancar dan akupun dimasukkan ke sebuah SMU swasta erbasis keagamaan yang cukup terkenal di kota ini. Dimana seluruh pelajar putri diwajibkan memakai penutup kepala.
Saat itu tujuanku yang pertama adalah adaptasi dengan lingkungan dan bahasa. Budaya yang jauh berbeda dengan tempat asalku di Kalimantan dulu juga dengan cepat dapat kupahami dan kuikuti. Setelah melalui serangkaian proses adaptasi yang memakan waktu kurang lebih 3 bulan, barulah aku dapat membaur dengan semua orang. Karena memang pada dasarnya kemampuan komunikasiku yang di atas rata-rata memudahkanku untuk bisa berinteraksi dengan siapa saja. Mulai dari guru, tukang kebun, kakak kelas, sampai adik kelas juga. Singkat cerita sejak saat itu aku sudah memiliki banyak teman baru di sini.
prestasi akademikku pun terbilang sangat baik saat itu. Setelah melewati proses adaptasi, prestasiku pun terua melejit. Bahkan di saat ujian kenaikan kelas, aku mampu menduduki peringkat ke dua di kelasku. Aku memang menonjol di bidang IPA dan Bahasa Inggris. Sehingga saat itu tidak sedikit teman-teman yang sering sharing tentang Bahasa Inggris, karena memang yang kutahu di kotaku sekarang ini Bahasa Inggris memang menjadi momok menakutkan bagi teman-teman yang lain.
Seiring berjalannya waktu, akupun naik ke kelas 3 SMU. Pada saat itu aku mulai diwajibkan mengikuti tutorial tambahan untuk persiapan UN. Pada hari itu, tepatnya hari Kamis, teman-teman yang lain memilih untuk tidak mengikuti tutorial yang kebetulan saat itu kelas Bahasa Inggris. Hanya ada aku dan seorang adik kelas yang memang diminta hadir oleh guru Bahasa Inggris kami untuk ikut belajar tambahan Bahasa Inggris.
Pertama kali kulihat dia, orangnya manis, putih, tingginya 155cm. Yang berikutnya kutahu namanya adalah Ana. Guru Bahasa Inggris kami yang mengenalkannya padaku karena dia tahu sampai saat itu aku masih jones hehehe… Singkat cerita bisa dibilang saat itu aku mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi aku pesimis, dengan penampilanku tinggi 167cm, berat 82kg, kulit hitam, wajah pas-pasan. Dengan perlahan kami berjabat tangan dan saling bertukar nama dihadapan guru kami. “Ana” jawabnya singkat dihiasi senyum di wajahnya. Dan, Waw… ternyata Ana welcome dan supel terhadap orang baru. Mungkin karena aku diperkenalkan oleh guruku sendiri.
Akhirnya karena saat itu tidak ada yang berangkat tutorial, aku pun diminta oleh guruku untuk berbagi pengetahuan dengan Ana adik kelas yang baru ku kenal tadi. Sedangkan guru kami beranjak meninggalkan kami untuk pulang karena berfikir tidak ada murid yang berangkat. Saat itu cukup lama kami berbincang-bincang, walaupun hanya seputar pelajaran sekolah saja. Tapi itu sudah cukup membuat hatiku senang. Diselingi dengan candaan yang kulontarkan Ana merasa nyaman ngobrol denganku. Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 4 sore. Kutahu sebentar lagi Ana dijemput. Saat itu juga aku meminta nomer HP nya, dan benar saja. Selang 10 menit kemudian Ana dijemput bapaknya dengan sepeda motor. Akupun ikut pulang dengan motorku sendiri.
Akupun ikut pulang dengan motorku sendiri.
Segera setelah sampai di rumah dan menyegarkan diri dengan mandi setelah seharian beraktivitas di sekolah, kubuka HP ku dan langsung menghubungi Ana dengan sms standar basa basi ala remaja jones.
“hi ana, lg ngapain?udah maem n mandi kan?” isi pesan yang kukirim kepada Ana. Beberapa saat kemudian smsku pun langsung dibalas olehnya.
“hi juga atmo. udah semua kok. thanx ya td ud mw brbagi ilmu di skul… ” begitulah isi balasan sms Ana, dan percakapan pun terus berlanjut hingga akhirnya aku dan dia janjian untuk berangkat dan pulang sekolah bersama keesokan harinya.
Malam ini terasa sungguh lama berlalu. Ingin rasanya cepat berganti pagi. Aku memang sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Ana. Hingga dalam lamunanku membayangkan wajahnya pun aku terlelap. Hari pun telah berganti, dan pagi yang kutunggu pun akhirnya datang juga. Dengan bergegas aku mandi dan tak lupa bersiap untuk tampil sebaik mungkin dihadapannya. Jam menunjukkan pukul 06.20, aku sudah siap. Kupacu motorku ke rumahnya yang berjarak 10 menit perjalanan ke rumahnya. Hingga akhirnya akupun tiba di depan gerbang rumahnya. Dia pun sudah siap menunggu di teras rumahnya. Aku terpana melihatnya, sesosok gadis remaja berseragam putih abu-abu dengan mengenakan penutup kepala standar bukan model jilboob seperti yang banyak beredar akhir-akhir ini. “Pagi Ana, sudah siap berangkat?” sapaku. “Pagi juga Atmo, ayo berangkat sekarang aja. Udah jam setengah tujuh nih, ntar bisa telat kalo ga buru-buru.” jawab Ana. Tak lupa aku juga berpamitan dengan orang tuanya yang baru keluar dari dalam rumah.
Ketika Ana hendak menaiki motorku, sekilas tercium aroma wangi khas remaja. Motor pun kupacu dengan santai, sehingga waktuku bersamanya di perjalanan bisa lebih lama. Selama mengendarai motor, pikiranku tidak bisa konsentrasi penuh ke jalanan di depanku. Pikiranku terganggu dengan hadirnya suatu rasa dari benda yang empuk dan kenyal yang selalu menyentuh punggungku. Yang ternyata itu adalah payudara Ana. Darah remajaku pun saat itu langsung bangkit seketika, dan semakin membuatku penasaran untuk mencari tahu seperti apa benda yang telah mengusik birahi kelelakianku.
habis maem… …benda yang telah mengusik birahi kelelakianku.
Tak terasa motor yang kami kendarai telah tiba di depan gerbang sekolah. Saatnya kami berpisah untuk bertemu kembali usai sekolah.
Di dalam kelas pikiranku tak dapat fokus pada setiap mata pelajaran yang disampaikan oleh bapak ibu guru. Yang ada dipikiranku hanyalah kejadian yang baru saja kualami pagi tadi saat memboncengkan Ana. Suatu sensasi yang baru kurasakan dan membuatku tak dapat berpikir jernih, mengundang hasrat birahi dan rasa ingin tahuku yang dalam untuk bisa merasakan lebih. Memang sebagai remaja lelaki normal aku telah sedikit banyak mengetahui tentang dunia seks. Semua itu karena kebiasaan om-om ku saat di Kalimantan yang sering menggoda perempuan. Bahkan pembantu rumah tangga pun tak luput dari incaran mereka dan sering kamarku yang dijadikan tempat bagi mereka melampiaskan hawa nafsu.
Akhirnya bel tanda jam pelajaran selesai berbunyi. Saatnya bertemu Ana dan mengantarkannya pulang, pikirku. Sepuluh menit aku menunggu Ana menghampiriku di tempat parkir motor sekolahku. Aku pun menyapanya dengan basa basi alakadarnya saja. “Gimana pelajaran hari ini? kamu lapar ga? mau makan dulu apa langsung pulang?” tanyaku. Ana pun menjawab “biasa aja kok pelajarannya. hmmm lapar sih, mampir makan dulu juga boleh.” Akhirnya atas inisiatifku motor kuarahkan ke twmpat makan yang memang biasa dipakai muda mudi di kota ini untuk berduaan, bukan makan tujuan utamanya. Aku melajukan motorku ke arah warung makan terapung yang cukup terkenal di kotaku. Sesampainya di sana, aku langsung memesan satu porsi ikan bakar yang kiranya cukup untuk kami berdua dan dua gelas es teh. Aku saat itu sengaja memilih tempat yang agak jauh dari keramaian, jauh dari kasir dan lalu lalang tamu lain. Sebelum pesanan kami datang aku berusaha “to the point” kepada Ana. Aku langsung utarakan perasaanku padanya. Sambil kucoba raih telapak tangannya dan kugenggam, tak ada penolakan sama sekali darinya, hanya tatapan heran yang terpancar diwajahnya. “Ana, sejak pertama lihat dan kenalan sama kamu, aku langsung suka dan sayang sama kamu, boleh gak aku menjadi lebih dekat lagi sama kamu?” tanyaku saat itu. Ana tidak langsung menjawab. Aku tetap menatapnya penuh arti. Sesaat kemudian, “Aku juga mau kok kenal kamu lebih jauh dan lebih dekat lagi” jawabnya. Saat itu aku pun langsung reflek memeluknya dan mengucapkan terima kasih. Di saat memeluk Ana, aku kembali merasakan adanya benda kenyal yang menempel ke dadaku. Akupun semakin berani karena sudah terlanjur birahi untuk sekedar mengecupnya di kening dan di bibir. Semua itu Ana terima dengan senyuman. Setelah kejadian itu, pesanan lami pun datang dan kami lanjutkan percakapan kami dengan menyantap hidangan yang telah tersedia.
Selesai menghabiskan santap siang kami, aku kembali bertanya kepada Ana “sekarang mau kemana lagi na?”. “terserah” jawab Ana singkat. Aku pun tak menjawabnya lagi. Aku langsung menuju kasir dan membayar pesananku tadi lalu kamipun mengendarai motor lagi. Dalam perjalanan aku pun berpikir untuk mengajaknya ke rumahku. “Gimana kalau mampir ke rumahku?” tanyaku. “Boleh, tapi jangan lama-lama ya.” jawab Ana. “Ya udah kamu kabarin orang rumah dulu aja, biar mereka gak khawatir.” Dia pun menyetujuinya. Aku pun sesegera mungkin mengarahkan motor ke rumahku. Dengan terus berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya di rumahku nanti. Mungkin itu juga yang ada di benak Ana, karena sepanjang perjalanan kami tak banyak melakukan percakapan.
karena sepanjang perjalanan kami tak banyak melakukan percakapan.
Akhirnya motor yang kami kendarai pun sampai di rumahku. Aku pun lalu mempersilahkan Ana masuk sebelum terlebih dahulu kuperkenalkan pada Ibuku. Setelah perkenalan itu, Ibuku pun meninggalkan kami di rumah utama. Akupun mulai berbincang-bincang dengan Ana. Hingga pada satu moment kami saling bertatapan dan diam seribu bahasa, kuberanikan untuk menggenggam tangannya. Dia pun mengizinkannya, akupun semakin tertantang untuk berbuat lebih jauh lagi. Wajah kami saling berdekatan, Ana terpejam seakan menanti-nanti apa yang selanjutnya akan kulakukan. Sesaat kemudian kukecup keningnya, turun ke kedua matanya, pipinya yang merona, hidung yang mancung, hingga pada akhirnya kecupanku berhenti tepat dibibirnya.
Kecupan dibibir yang awalnya berupa kecipan sayang telah berubah menjadi sebuah ciuman yang penuh nafsu. Nafas kami terdengar saling memburu. Dengusan penuh nafsu terdengar mengisi ruang tengah yang kami tempati. Semakin panas, ciuman penub hasrat yang hanya mengikuti naluri oleh dua insan yang sedang dimabuk birahi. “I love you Ana” kata itupun terlontar diantara ciuman kami yang memanas. “hmmppffhhh, I love you too Atmo”, jawab Ana disaat bibirku kembali melumat bibirnya.
Tanganku reflek seperti dituntun untuk menggapai sesuatu yang sedari pagi membuatku penasaran. Ya, tanganku dengan sendirinya mulai meraba dan perlahan-lahan meremas bukit kembar Ana. Ana hanya melenguh tertahan menghadapi kelakuanku. “aaahhhssss….sayank….hmmmppfff…geli yank….” desah Ana tanpa melepaskan bibir kami yang masih tetap berpagutan dengan penuh nafsu. Jemariku mulai bekerja melepas kancing seragam yang mulai acak-acakan. Perlahan tapi pasti tiga buah kancing yang tertutup penutup kepala lebar mulai terbuka. Kusibakkan penutup kepala lebar yang sedari tadi menutupi keindahan bukit kembar Ana. Kini tanganku leluasa menyusupi bagian tubuh Ana yang seharusnya hanya ia persembahkan pada suaminya kelak. Tanganku terus menyeruak masuk melalui celah seragam yang telah terbuka lebar. Akhirnya kurasakan bongkahan kenyal yang hangat. Jemariku dengan nakal mencoba mencari celah untuk bisa masuk melalui celah bra yang Ana pakai.
“ssshhh…yank…” hanya kata itu yang mampu dilontarkan oleh Ana ditengah gelora birahi yang sedang melandanya. Akhirnya jariku menemukan yang kucari. Sepasang daging kecil diujung bukit kembar Ana yang telah mengeras. Kupilin-pilin dengan lembut, tubuh Ana bergetar. Ini pertama kali bagi kami. Hingga tanpa sadar tangan Ana juga reflek mengelus-elus batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi, bahkan mulai mengeluarkan cairan pelumas diujungnya.
Ciuman kami yang penuh gairah pun kami hentikan. Kutatap wajahnya yang sayu, akupun mengajaknya untuk pindah ke dalam kamarku yang memang siapapun tidak boleh masuk tanpa seizinku. Bahkan orang tuaku sekalipun. Hanya sebuah anggukan kecil yang kudapat. Kamipun membenahi pakaian kami dan keluar menuju kamarku yang terletak di luar bangunan utama.
Setelah berada di kamarku, Ana berdiri terpaku. Bingung akan apa yang sedang dia lakukan. Seakan terbius oleh nafsu birahi yang sedang melanda kami. Penasaran dengan apa yang akan terjadi lagi diantara kami. Akupun tak menyia-nyiakan waktu. Langsung kudekap Ana dan kamipun berpagutan dengan lebih panas lagi. Lidah kami saling memilin satu sama lain, saling menghisap. Tanganku yang memeluk pinggangnya mulai turun ke arah pantatnya yang padat berisi. Ana mendesah “aaaahhhhh…” saat tanganku meremas pantatnya dan menariknya ke atas. Kutekankan batang kejantananku ketubuhnya. Tangan Ana tidak tinggal diam, tangannya menggapai batang kejantannku dan mulai mengelus-elusnya dengan lembut. Tanganku pun kini telah pindah ke depan. Meremasi dadanya yang kencang dan menggantung seperti pepaya mengkal. Tak mau berlama-lama kulepas lagi satu persatu kancing baju seragam yang baru saja dirapihkan. Setelah terlepas semua aku pun menurunkan ciumanku langsung kearah dada, bersembunyi di balik penutup kepala lebar yang ia kenakan. Perlahan namun pasti seragam sekolah yang Ana kenakan kulepas. hanya tersisa kaos dalam yang yang masih menutupi bra yang ia kenakan.
Tanganku mulai dengan lembut membelai pundaknya dengan tanpa melepas cumbuanku di daerah dada Ana. Perlahan-lahan kupelorotkan kaos dalam yang ia kenakan melalui kedua tangannya. Hingga akhirnya tampaklah gunung kembar Ana yang putih bersih kenyal menggantung dengan masih terbungkus bra motif army. Tangan Ana mulai meremasi rambutku seiring menikmati sensasi cumbuan yang kuberikan. Ana terus mendesah saat bibirku menyapu permukaan bukit kembarnya. “ssshhhhh….geli…yank…”, suaranya terdengar bergetar. Tak tahan dengan terus berdiri, tubuh Ana pun kubimbing menuju tempat tidurku. Di pembaringan dengan tanganku memeluk dan mengelus-elus punggungnya dengan tetap mencumbu bukit kembarnya dan meninggalkan beberapa bekas merah didadanya. Kami semakin larut dalam permainan ini. Semua akal sehat sudah hilang, hanya nafsu birahi yang menuntun kami. Kuberanikan diriku untuk berbuat lebih jauh. Kucoba membuka kaitan bra dipunggungnya. Tangan Ana mencoba menahan sambil matanya menatapku dengan sayu. Saat itu hanya ada satu kata ajaib yang membuatku mendapatkan all access. “I love you forever sayank”, pegangan tangannya pun melemah dan Ana kembali terpejam menikmati rasa yang ada. Kulepas kancing pengait bra yang Ana kenakan, dan tersembullah bukit kembar Ana yang tak begitu besar namun putih mulus padat dengan puncak berwarna pink. Tak perlu menunggu lama langsung kukulum puncak tersebut dan kumainkan lidahku di sana. Menari-nari dengan lidahku dan sesekali kuhisap dan kugigiti dengan gemas. Ana yang menikmati cumbuanku meremas-remas rambutku dan terus menggelinjang. “Enak sayank…terusssshhhh…”, racau Ana yang sedang menikmati hal ini untuk pertama kalinya.
Tanganku yang sedari tadi mengelusi punggung Ana mulai berpindah menuju bukit kembarnya kuremasi dengan lembut dan kumainkan putingnya dengan jari telunjuk dan jempolku sementara bibirku terua mengulum puting yang satunya. Seakan tak puas sampai disini, aku pun mulai melucuti pakaianku sendiri satu persatu hingga hanya menyisakan sebuah segitiga pengaman yang sudah tak mampu lagi menampung batang kejantananku yang telah menyembulkan kepalanya seakan hendak melompat keluar.
Setelah itu tanganku mulai bergerak turun meremasi bongkahan pantatnya yang masih tertutup rok panjangnya. Akupun mulai membuka kancing roknya dan menurunkan resleting roknya. Ketika tanganku mencoba menirunkan roknya, tiba-tiba Ana menggenggam pergelangan tanganku. Kali ini aku tak berbicara sepatah katapun, hanya menatapnya dan mengulum lembut bibirnya yang kuimbangi dengan meremas-remas kembali bukit kembarnya. Saat kurasa waktunya telah tepat, kucoba kembali untuk menurunkan roknya. Kali ini tak ada penolakan dari Ana, ia malah membantuku dengan sedikit mengangkat pantatnya untuk memudahkanku. Setelah berhasil turun selutut, kakiku kugunakan untuk meloloskannya turun.
Tanganku mulai meraba-raba dengan halus kemulusan pantat dan pahanya, hingga akhirnya tanganku berhenti tepat di gundukan kewanitaannya. Ana tersentak saat jari telunjukku mulai menyusuri belahan kewanitaannya dari luar celana dalamnya yang mulai basah. “aaaaakkkkhhhh….saaaayyyaaaaannnkkkk” ujarnya bergetar. Perlahan tanganku mulai menyusupi celana dalamnya. Kurasakan ada rambut-rambut halus yang cukup lebat di kemaluannya. Masuk lebih dalam lagi dan kutemukan gundukan daging yang hangat dan berair dengan satu titik yang terasa keras. Ya, jari tengahku berhasil menemukan bagian yang paling sensitif didirinya.
Terus kumainkan benjolan kecil tersebut hingga badan Ana terus tersentak-sentak entah karena kegelian atau merasakan nikmat tiada tara. Semakin lama kumainkan, semaki banyak cairan yang keluar dari organ kewanitaannya. Aku pun tak tahan lagi, batang kejantananku yang sudah menyembul hampir setengahnya dari ujung celana dalamku meminta untuk segera dibebaskan. Celana dalamku pun kulepaskan. Lega rasanya. Tak mau sendirian telanjang, celana dalam Ana pun akhirnya kupelorotkan seklian.
Kembali kami berciuman dengan penuh nafsu, dan hanya berdasarkan naluri akupun kini telah berada diatas tubuh Ana. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir kewanitaanya. “hhhmmpppffhhh…..hhhsssshhh….aaaaa…”, entah apa yang coba dikatakannya. Hingga akhirnya Ana mencengkram erat punggungku dan kedua kakinya dilingkarkan dipinggangku. Sebuah teriakan kecil terdengar dari mulutnya. “ooouuuugggggghhhhh…aaaakkkhhhh….ayank jahat!”. Ternyata Ana orgasme untuk pertama kali dalam hidupnya.
Kubiarkan ia sejenak mengatur nafasnya yang memburu setelah orgasme. Setelah nafasnya mulai normal, dengan masih menindihnya dan mengecupi seluruh area wajahnya, Ana berkata “aku takut yank, aku takut hamil!”. Karena pada saat itu yang Ana tahu adalah apabila sel telurku ber ampur dengan sel induknya, maka akan terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan gentle aku pun berkata “aku siap untuk bertanggung jawab. apapun yang akan terjadi, aku siap yank!” jawabku. Ana pun langsung memelukku dan berkata “love you sayank, aku yakin kamu gak akan ngecewain aku”. Kamipun melanjutkan aktivitas kami. Aku mulai memainkan kembali kedua bukit kembarnya dengan satu tanganku dan bibirku kembali mencumbui bukit kembarnya. Sementara tangan kiriku memainkan kembali daerah kewanitannya hingga membuatnya basah kembali.
Ana hanya menatapku dengan sesekali ketika kutatap balik ia melemparkan senyum manisnya. Nafsuku yang sudah diubun-ubun tak mampu lagi kubendung. “aku masukin ya sayank?” tanyaku meminta peraetujuan darinya. Iapun membalasnya dengan sebuah anggukan kecil dan berkata “iya sayank, buat ayank apapun akan kuberikan, termasuk hartaku yang paling berharga” dengan dihiasi senyum manis diwajahnya.
Akupun mengecup keningnya sebagai tanda terima kasih dan sayangku padanya. Aku pun mulai memposisikan diriku, Ana membantuku dengan menggenggam batang kejantananku dan mengarahkannya tepat dimulut kwanitaannya. Setelah terasa pas, tangan Ana yang satunya menekan pantatku seolah menginginkanku untuk segera memasukkan batang kejantananku sedalam mungkin. Beberapa kali mencoba namun selalu gagal, hingga pada percobaan yang ke lima, aku mencoba menekan perlahan tapi dengan menambahkan sedikit tenaga hingga masuklah kepala kejantananku ke dalam liang senggamanya. “ssshhhhh….ooouuuccchhh….perih yank…” Ana berkata sambil menggigit bibir bawahnya. “Tahan sebentar ya sayank” jawabku. Ana mengangguk sambil memejamkan mata dan menahan perih yang dia rasakan. Aku pun lalu melumat bibirnya dan tanganku mengelus rambutnya sambil belum merubah posisi agar liang senggamanya bisa lebih rileks. Setelah kurasa Ana lebih tenang dan liang senggamanya mulai terbiasa. Masih dengan melakukan french kiss, akupun dengan tiba-tiba menghentakkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya. Ana terbeliak dan spontan menggigit bibirku. “aaaaaaacccchhhhhhh……” teriaknya tertahan karena saat itu masih berciuman denganku. Kuhentikan aktivitasku di bawah aana sejenak agar Ana terbiasa dan menghilangkan efek shock pada dirinya.
Air mata menetes membasahi pipinya, aku pun menyekanya dengan punggung tanganku. “I love you honey…” kubisikkan kata tersebut dengan mesra ditelinganya. Ia pun menjawab “love you too”, sambil melingkarkan tangannya dileherku dan kedua tungkai kakinya menjepit pantatku. “masih sakit yank?” tanyaku. Ana hanya menggeleng dan tersenyum. Aku pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju dan mundur. “ssshhhh…..enak sayank…iya.hhh…di situ sayankhhh…” desah Ana saat mulai kugerakkan batang kejantananku. Kamipun berciuman kembali dan saling mengelus satu sama lainnya. Aku kaget saat tiba-tiba Ana berubah menjadi beringas, binal, lidahku disedot-sedot dan kamipun saling bertukar liur. Sepuluh menit berlalu, Ana semakin bergerak liar. Kalau aku mengangkat pantatku naik, Ana menurunkan pantatnya turun dan sebaliknya, hingga batang kejantananku bisa masuk lebih dalam lagi. Gerakanku semakin kupercepat dan pelukan Ana terhadapku semakin erat. “aaaarrrggghhhhhh…..sayank…..aku pipis yank….” Ana belum tahu apa itu orgasme. Ana mengalami orgasme yang hebat.
Aku tetap tidak merubah gaya bercinta kami. Karena memang kami belum mengetahui gaya-gaya lain. Setelah kurasa Ana mulai teratur nafasnya aku pun mulai menggerakkan kembali pinggangku maju mundur. Tangan Ana memainkan dan meremasi bongkahan pantatku. Akupun tak kalah diam turut meremasi bukit kembar Ana. “sshhhhh….ahhhkkk….ayo sayang…” desah Ana. “Iya sayang….aaahhh….rrrggghhh….enak sayang….”, ujarku. Tak berapa lama akupun merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari dalam batang kejantananku. “rrrgghhhh….aaahhhhh….sayang aku mau keluar yank…” ujarku. “iya sayankkk…keluarin aja sayankkkhhh….jangann dittahan…” jawab Ana dengan suara bergetar dan terputus-putus. Yang kutahu Ana juga akan segera mendapatkan orgasmenya yang ke tiga. Akupun menggerakkan pinggulku dengan lebih cepat, sementara Ana mengimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya. Sesaat kemudian aku pun menggeram “aaarrgghhhh….aku keluar sayankkkk…aaaakkhhhh….crrrootttt…crootttt… crotttt….crot…crot…”. “akkkkhhuuu….juu…gaa….piphhiisss…lhhaaghii i….yaaaankkkk….aaaaakkkkkhhhh…..” ujar Ana. Kamipun mengalami orgasme bersamaan.
Kudiamkan batang kejantananku beberapa saat di dalam liang kewanitaannya yang masih berdenyut-denyut. Hingga akhirnya lututku dan sikuku lemas tak mampu menopang tubuhku yang akhirnya ambruk di sisinya. Sambil berbaring, kupalingkan wajahnya dan kukecup bibirnya sambil berkata “love you sayank”. “Love you too sayankku” jawab Ana diiringi dengan senyum manis diwajahnya.
Kamipun bergegas membersihkan diri di kamar mandi kamarku. Setelah siap dan rapi, kamipun keluar kamar menemui Ibuku untuk mengantar Ana berpamitan. Setelah itu aku pun bergegas mengantar Ana pulang menuju rumahnya. Tak lupa di jalan aku mampir membeli buah tangan untuk Bapak dan Ibunya Ana, dengan tujuan nyogok sih . Dan setibanya di rumah Ana langsung kutemui Ibunya sambil memberikan buah tangan yang kami beli di jalan tadi dan menyampaikan permintaan maafku karena mengajak Ana pergi main sampai sore hari.
Hubunganku dengan Ana terus berjalan dengan baik hingga kami menginjak jenjang Universitas. Kurang lebih selama 3,5 tahun kami berhubungan dan melakukan seks hampir setiap saat, di rumahku, di kamar kostku, di hotel, dimanapun kami mau.
Hingga pada akhirnya hubungan kami harus berakhir karena kebodohanku sendiri yang terlalu sibuk dengan duniaku hingga Ana memilih untuk berhubungan dengan orang lain. Sejak saat itu aku berjanji akan ada Ana-Ana lain yang bisa kuajak berhubungan seks sekedar memuaskan nafsuku. Bukan atas nama cinta.
The End.
Maturnuwun…
mohon masukan dan kritikannya untuk cerita seks berjilbab diatas…

Koleksi foto Bugil: Janda Toge Narsis Banget



Koleksi foto Bugil: Janda Toge Narsis Banget – BUGIL999.BLOGSPOT.COM – lama tak disentuh batang kontol, membuat janda montok dan toge ini menjadi agak sedikit gila dengan sering berpose bugil memamerkan bagian tubuh sensitifnya. Berikut adalah janda kembang toge dengan tubuh montok yang narsis banget tersebut:



Jika koleksi foto janda montok yang sedang narsis pamer toge atau toket gede diatas belum bisa memuaskan mata buas anda maka berikut kami tambahkan yang lebih segar untuk sobat sekalian:
Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

Janda Montok Pamer Toge

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. RUMAH BOKEP - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger